Kangen Upacara

 


Setahun lebih tidak upacara, ini pertama kalinya upacara di tengah pandemi.

Dan baru kali ini upacara ada isak tangis dan tetesan airmata. Rasa haru dimulai dari pembacaan Pembukaan UUD 1945. Paragraf keempat dibaca Bu Rina dengan terbata-bata. Hatiku ikut tersentuh. Di benak kami saat ini ada ratusan anak yang kami rindukan berbaris rapi di halaman mengikuti upacara dengan khidmat. Kami rindu berinteraksi dengan anak-anak di kelas maupun di lapangan upacara. Kami kangen melihat mereka berpakaian pramuka maupun putih biru. 

Bulan Agustus yang biasanya meriah sangat lengang kami rasakan. Dan rasa itu kian membuncah saat Bu Tatik, Kepala Sekolah kami membacakan pidato Pak Ganjar yang berbeda dari pidato biasanya yang penuh formalitas. Pidato kali ini terasa hangat namun menyentuh hati dan pikiran kami. Betapa beliau pintar memilih kata-kata untuk menyadarkan kepada kami semua agar tidak menyerah dan menolak kalah dalam menghadapi pandemi. Juga penghormatan yang setinggi-tinginya untuk para tenaga kesehatan. Pejuang garis depan yang berguguran. 

Pandemi menampar kesadaran kita semua. Ternyata masih banyak yang harus dibenahi. Semua lini harus berbenah sehingga tidak terseok-seok saat ada pandemi seperti ini lagi. Kemandirian dan kedaulatan bangsa diperlukan untuk menghadapi perjuangan di kondisi apapun.

Upacara diakhiri dengan doa bersama. Mohon kekuatan kepada Allah swt untuk menghadapi pandemi. Berdoa semoga keadaan segera kembali normal seperti sedia kala. 

Merdeka!!!

Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer